Saturday, February 14, 2015
Home »
Sebentuk Cinta
» Merendah
Merendah
Adinda, mungkin bagimu terasa sia-sia menyayangi orang sepertiku,
mungkin terasa jenuh bagimu dengan sikapku yang tak menentu. Mungkin kau
berpikir bahwa aku tak simpati terhadapmu. Tak apa, tidak ada yang
salah dalam berprasangka. Tapi jujur, aku lah yang teramat sering
memperhatikanmu dalam diam, Tak pernah jeda merindumu dalam bisu. Memang
akan lebih anggun jika ku utarakan, tapi aku malah khawatir jika hal
itu hanya akan menjadi kebiasaan belaka. Rindu itu bukan di kata atau
frasa, rindu itu di jiwa dan rasa. Biarkan aku mengagumimu lewat malam
dan jarak, biarkan aku menyapa dengan sederhana dan secukupnya. Bukan
berarti aku lupa atau tak perduli, bagiku kau adalah detak nadi yang tak
perlu ku bahasakan terlalu banyak. Adinda yang memesona jiwa, walaupun
kau tak ku sapa percayalah nama dan sosok mengakar lalu mengalir di
darahku. Sungguh sulit ku ungkapkan betapa kesibukan memaksaku tuk
merindumu lebih dalam lagi. Adinda, percayalah usahmu tak akan pernah
sia-sia. Aku paham betul ihwal kewajibanku, untuk itu aku hendak
menyampaikan kerinduan lewat tulisan ini. Semoga kau akan paham dan
lebih sabar menyikapi waktu.
0 komentar:
Post a Comment