Thursday, February 18, 2016

Sepasang Pigura

Pigura  dalam lemari tua,
Wajah-wajah kita gelisah hendak bersua,
Aku dicetak lebih dulu, dua hari kira-kira,
Sebelum kau yang usiamu saja kadang sulit kau kira.
Tapi kau lebih setia dari warna kulitku,
Dulu kita secerah pagi yang balita, lalu kini gelap gulita,
Mereka mengenali kita karena tulisan di punggung, selebihnya
Kita hanyalah warisan tak berharga, memang baginya,
tapi bagiku kau selalu sebenar-benarnya harta
juga gradasi yang paling warna.

Debu-debu pengabaian tumbuh subur di bahu dan mata,
Inilah mati yang sejati, ketika ingatan telah mengubur kita dalam kalimat tanya, siapa? Lalu mereka jawab" bukan siapa-siapa.
Pigura yang aku akhirnya dibuang, tapi kau dibersihkan lalu disimpan rapi, kau memang cantik untuk masaku dan masanya. Makanya tak mengapa jika kau tinggal lalu aku tanggal.

Aku memang lebih senang jadi sampah daripada jadi Raja yang tak dikenali anak-anaknya. Asal jangan kau.

Makassar, 5 Februari 2016

Share:
Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts