Saturday, November 29, 2014

Skeptisme III

Aku semakin larut dalam kebingunganku, semakin kucoba tuk mengenali diriku, semakin hilang aku dalam ke-diri-anku. Siapakah aku yang hakiki ? Apa aku ada ? Apa Aku hanya refleksi semu dari keberadaan ? Atau sebentuk materi yang berwujud dalam dimensi waktu ? Bahkan Mungkin eksistensi ke-aku-anku lebih nyata dan berbentuk dibanding hakikat keberadaan itu sendiri, sehingga aku seakan-akan meng-ada ketika seharusnya aku tiada ! Aku merasa ragu akan Keber-ada-an.
Share:

Skeptisme II

Entahlah, Aku hanya merasa perjuanganku akan berakhir dengan kesia-siaan, mereka yang kaku dan gengsi berterima kasih semakin nyata dan senang mencibir. Benar-benar aneh Indonesia, dari sekian Ratus juta penduduknya, menurutku belum ada satupun Pemimpin yang ideal. Sejak dulu mereka yang otoriter-diktator, fasis, liberal, komunis dan yang terbaru raja Pencitraan neolib adalah pemimpin-pemimpin yang layak menjadi sampah. Rakyat miskin seperti saya mana kenyang dengan retorika dan etika sampah. Wahib dan Gie banyak bercerita tentang ke-Skeptisan pada masanya. Mereka sungguh tidak keliru, sebab memang moralitas masih sujud di telapak kaki Penguasa sampai saat ini. Keresahanku hanya mungkin kubahasakan dengan aksi, demonstrasi, bila perlu anarkis. Pemerintah dan Parlemen tak ubahnya Tom dan Jerry
Share:

Pemuda Masa Kini

Pendegradasian nilai-nilai moral semakin nyata di tubuh dan lingkungan Pemuda Indonesia, bagiku pemerintah adalah dalang dibalik fenomena tragis ini. Sungguh miskin kurikulum pendidikan, sungguh naif proses-proses kaderisasi. Tapi aku lebih tidak bersimpati pada Pemuda kerdil yg berteriak arogan menentang anarkisme. Ketidaktahuan mereka menjadi candu, dan sering mereka kultuskan. Berontaklah pada ketidakadilan, karena Tuhan senantiasa Esa, dan di bumi adalah kepalsuan legitimasi. Jokowi Presiden mayoritas, maka membangkanglah. Ketertiban oleh Pemerintah adalah teori pembenaran kesewang-wenangan
Share:

Sebuah Renungan

Apakah kau menangkap secarik hikmah di balik malam yang menjelang adinda? hikmahnya ambivalensi mungkin iya, berkonotasi mengakhiri sinaran matahari yang panjang, namun juga lain sisi berkonotasi siap menyambut matahari esok menjelang. Pun demikian, sama halnya dengan perjuangan adinda, jangan surut, jangan sulut hanya karna dahi mereka mengerut dan siap memarut habis wajah kita yang berperang melawan kebijakan yang buat rakyat jadi kian kalut. Satu hal adinda, kita tidak sedang berjuang untuk membuat mereka jadi salut, jadi kenapa kau kini risau, kenapa gusar? setiap dari kita yang terluka oleh cemoohan akan dibalut adinda, setiap dari kita yang disabet lidah tajam akan disebut dalam untai doa adinda. Dibangku kuliah hukum kita disuguhi banyak perisai, ingatkah satu di antara hamparan deretan perisai itu adinda? "Hak", adindaku adalah hak mereka untuk melontar kata, sebab lidah adalah lidah mereka, namun adalah hak kita untuk memilah dengar kata, sebab telinga adalah telinga kita. Dimataku engkau adik yang tangguh adinda, harusnya dirimu malu, jika nyalimu menciut sulut dihadapan kapasitasmu yang seyogianya mampu buat mereka rubuh melumpuh! -WIDARA- 18.34
Share:

Skeptisme

Aku semakin muak pada diriku, aku telah banyak keliru terhadap keyakinan. Aku merasa bodoh, dunia ini terlalu sering menawarkan kepalsuan. Politik, pesta dan cinta, bagiku hanya pemerasan. Aku sepakat dengan Gie, hidup terasa lama dan menjenuhkan karena hidup sejatinya adalah Penderitaan. Wajah-wajah biru nan anggun, semakin tersenyum tajam menebar luka. Agama adalah alasan pembenaran bagi kaum-kaum Jumud dan Kaku. Aku hanya berpikir bahwa Tuhan ada pada Niat Baik, tapi mengapa masih juga Tuhan ditolak-tolak. Sungguh celaka kebodohanku ini. Sungguh kejam kenyataan. Aku sebaiknya enyah dari nyata
Share:

Makna Demokrasi

Bagiku demokrasi hanya hasil dari keusilan manusia. Manusia yang keliru dalam menginterpretasikan Wahyu. Mana mungkin hak minoritas dijadikan tumbal dari mereka-mereka yg selalu mengatasnamakan mayoritas. Mau dibahas dari segi apapun Benar atau salah tak akan mungkin diidentikkan dengan kuantitas. Penindasan akan terlihat nyata, penghianatan akan merajalela. Parlemen yang sebenarnya nafas sekaligus lidah masyarakat, akan semakin menyibukkan diri untuk Travel dan Tidur di Ruang Sidang. Tatanan negeri sudah hancur, mereka yang sudah tua tidak punya hak mengekang kemerdekaan Pemuda-pemuda. Masyarakat adalah tumbal demokrasi, Pemuda yg berjuang atas nama rakyat kini semakin sering dikambinghitamkan. Tidak ada pilihan yang anggun, selain REVOLUSI
Share:

Untukmu, Kawanku Mahasiswa Makassar...!!

Jangan ragu kawan, KITA TETAP MENOLAK KENAIKAN BBM !!! Jangan takut kawan, Ibu dan bapak masih mendoakanmu ! Bukankah ridho Tuhan bergantung pada ridho orang tua bukan ridhonya Presiden apalagi Polisi!. Hari ini ibu-bapak pusing di rumah memikirkan segala kebutuhan yang semakin mahal karena "pencacatan" (Sering diperhalus dengan 'pengalihan') subsidi BBM! Ketenangan mereka kini terusik, tapi mereka hanya perlu terus berdoa yang terbaik untuk anaknya karena sekarang mereka memiliki putra-putri yang tumbuh menjadi manusia luar biasa, yang sudah bisa berontak dan melawan jika ketenangan bapak-ibunya diusik. Putra-putri luar biasa itu adalah kita MAHASISWA Malaikat memang pernah ragu akan penciptaan Manusia yang 'mungkin' akan mencipta kerusakan di muka bumi, Tapi sungguh Tuhan mengetahui apa yang tidak malaikat ketahui, Jadi pasti kita diciptakan untuk sebuah tujuan benar. Maka kita akan selalu perjuangkan yang benar itu, walau kita mungkin harus diserang dan berhadapan dengan anjing-anjing terlatih. Sudah seharusnya kita belajar tentang cara "kurang ajar" pada penguasa yang dzalim dan sepantasnya kita harus merusak "penyengsaraan" yang sistematis itu. Sudah terlalu lama ibu-bapak, tetangga kita, dan orang-orang di republik ini ditipu dengan gombalan populis penguasa tentang kesejahteraan! Nyatanya itu hanya diksi untuk memperindah puisi-puisi bohong sang Biadab! Makassar sore ini memang masih hujan kawan tapi suasana disini masih sangat panas! karena disini, Anak Muda sadar untuk membela orang tuanya yang ditindas! karena disini Anak Muda punya semangat tuk perjuangkan hak yang dirampas! karena disini kehormatan masih dipertahankan, agar rakyat tidak terus diperkosa dengan ganas! Karena hanya di Makassar, semangat Pemuda itu masih tetap muda! Kawan, teruslah berperang melawan kedzaliman! agar teras rumah bisa indah juga seperti teras-teras tetangga agar ruang tamu tak dijarah orang asing agar kamar-kamar tak lagi hanya sebatas tempat bermimpi agar di dapur panci-panci tak lagi kosong... Lepaskan tali jerat penguasa yang sudah melukai leher ibu-bapak! KAMI MASIH TETAP MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM ! oiya, daritadi saya menulis untuk kawan, ini ada sedikit kata-kata Indah untuk penguasa di Istana "Mencinta kok menyengsarakan pak,?" Kalau BBM sja yang benda mati bisa Naik, Bapak yang Mahluk Hidup pasti bisa Turun !! Makassar, 28 November 2014
Share:

"Battu temaiki ammato ?"


Aku pernah tersesat di tengah belantara,
Pada sepi dan angin tipis berhembus dingin,
Alam dan malam terasa ramah dan segar,
Aneh, aku seperti akrab.
Apa aku benar sendirian atau hanya sunyi yang terlihat ?
 Daun pohon bambu menarikan tarian cinta,
 rumput terasa sejuk dan lembut memanjakan kantuk.
Aku terlelap pada belantara yang anggun.

Aku terbangun kala mentari hangat mengetuk mimpi,
cahayanya begitu halus membelai dedaunan dan kain hitam berbentuk kerucut yang tiba-tiba ada di kepalaku,
ku gerahyangi pagi yang menyatu dengan embun,
aku terus bertanya-tanya ihwal ke-diri-anku dan tanah ini.
Di sekitarku, ku lihat manusia-manusia mengenakan pakaian hitam,
dengan kaki telanjang mereka menapaki jalan berbatu.
Di atas kepala lelaki kulihat kain hitam seperti yang ada di kepalaku,
wanita-wanita terlihat lebih perkasa, ada yang sedang menenun.
Di sekitar hanya ada rumah-rumah panggung,
sederhana namun menyimpan nilai yang begitu sakral dan anggun,
orang-orang menatapku, tunduk dan tersenyum.
Aku semakin heran, di sini semua melakukan segala hal dengan sederhana.
Dari ke jauhan, segerombalan orang tua menghampiriku,
mereka berkata "battu temaiki ammatoa ?"

 Makassar, 29-11-2014
Share:

Friday, November 21, 2014

Sajak Sepeninggal Agustus

Dipertemukan pada awal rembulan yang indah, gerahyangi cinta dengan nafas setengah jiwa, ada kata yang terpaksa menjadi frasa, Memeluk raga dan menjelajah pada ruang rasa dan hampa Tampak kebisuan membahasakan rindu yang hambar, ku sebut itu cinta karena malam memaksa tuk bercinta. Hari-hari berlalu bagai embun pada penghujung pagi, begitu rancu dan tak beraroma sama sekali, kusam. Kau bagai siang dengan keangkuhannya, sedang cintaku bagai malam dengan keheningannya, kita paksakan tuk bertemu pada senja atau pagi yang gulita. Memang singkat kau ku dekap, namun wangimu semakin melekat seiring langkahmu yang semakin menjauh. Aku menulismu dalam kata dan nada pilu, merindumu pada waktu-waktu yang kelabu, Di penghujung rembulan yang masih indah, ku dekap butir-butir senyum yang pernah kau hibahkan, Ku sandarkan risau pada sepi sepeninggal agustus, ku tangisi waktu dan tiap-tiap detak detiknya. lalu, ku sebut kau cinta walau kita tak pernah bersepakat dengan cinta. Kasih, Kita tak pernah bersepakat dengan waktu dan semua yang sempat kita sebut rindu. Makassar, 04 Nov, 2014
Share:

"Segenggam Purnama untuk kekasihku"

Teduh malam, diselimuti emas dan segenggam purnama,
Ku hirup tiap tetes udara beraroma senja,
 terendap raga di wajah kemilau bunga malam.
 Begitu sejuk dan anggun jemari kecilnya mendekap jiwaku.
Dingin,angin dan angan berpusar pada hening yang manja,
Ku peluk rinduku dan terbang menyelami awan,
ku tulis dalam hembus angin dan ku titip pada embun untuk esok pagi.
Aku benar-benar merindumu dalam bisu.

Kabut ringan mengapung di hitamnya langit,
berbisik pelan melalui udara yang beku,
 Garis-garis pelangi menjadi bait dan warnai rembulan.
Kasih, kau bagai cahaya pada gelapku saat ini,
senyummu mengisahkan rindu dan cinta tanpa kata.
Maaf kasih, aku belum paham ihwal bentuk cinta yang kau damba.
Kasihku yg semakin larut dalam darah,
aku tak akan pernah bisa melukiskan teduh bulan dengan sempurna,
aku juga tak akan sanggup membawakanmu siluet purnama dengan keindahannya.
Biarlah bulan menjadi hak gulita malam,
biarlah sinarnya mewarnai kelam bagi mereka yang selalu bersandar di bahu malam.
Kasih dan manisku, lihatlah ke langit,
pandangi pesona purnama, aku ada di sana,
memotong bulan agar tak seorangpun yg bisa menikmati purnama esok atau selamanya,
keculi kita untuk sebuah kisah di ruang para malaikat.

AsalMula,5 Nov. 2014
Share:

Wednesday, November 19, 2014

18 November

Adinda, hujan dan penat hari ini tak akan pernah mereduksi semangatku tuk memperjuangkan keadilan. Pemerintah tak mau pusing memikirkan solusi yg bijak untuk rakyat, pemerintah tak pernah mau mengerti keadaan rakyatnya. Sama dengan mereka yg tak mau mengerti betapa ikhlasnya aku merindukan teduh wajah Adinda. Dipikirnya aku Modus. Maaf adinda, jika nanti aku tidak mampu membelikan boneka yg lucu, atau mengantar adinda ke kampus. Sebentar lagi harga BBM bakalan mencekik dan menipiskan dompet. Mohon adinda mengerti, karena Pemerintah tak akan mau memikirkan Betapa Cintanya aku pada Adinda.
Share:

19 November

Jujur adinda, kesedihan dan kecewa yg saya rasakan pasca bentrok dngn Preman yg diback-up aparat kepolisian sudah mulai membaik. Aku merasa sngt terhibur karena adinda masih ikhlas memberi dukungan, tau kah adinda kami merasa dikhianati oleh Jokowi, BBM naik diikuti hrga2 sembako semakin mengebiri semangatku untuk mengutarakn cinta pada adinda. Aku takut jika duit tak cukup untuk membelikan adinda boneka lucu atau sekedar traktir makan di warung murah andalan kita. Atau hal yg mungkin saja trjadi, Preman dan aparat memukuliku krena menyuarakan keadilan. Adinda, aku tak akan sanggup mengantarkanmu pada keadilan di dunia, karena keadilan yg sejati hanya ada di langit. Aku hnya bsa berusha memanjakan adinda menuju titik keseimbangan antara keadilan dunia dan akhirat. Adinda, izinkan ku kembali ke jalan untuk skedar memperjuangkan bunda kita yg tngah pusing di dapur. Tolong, ttap dkung dan hrgai usahaku, jngn sperti mereka yg sbuk mencerca tnpa solusi, jngn sperti mreka yg taunya memfitnah usaha2 ikhlasku.
Share:

Sunday, November 16, 2014

VLOG

Share:

KEBIJAKAN YANG BERBASIS INTEGRITAS DEMI PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN LOKAL (BERAS BULUKUMBA GOES TO HOLYWOD)

KEBIJAKAN YANG BERBASIS INTEGRITAS DEMI PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN LOKAL (BERAS BULUKUMBA GOES TO HOLYWOD)
Muhammad Reski Ismail
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin

1. PENDAHULUAN

Semboyan sebagai negara agraris adalah tantangan sekaligus beban bagi negara Indonesia saat ini, terlepas dari ketidakmampuan negara dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, Indonesia kini mengalami ketergantungan pada kegiatan mengimpor bahan pangan. seperti dilansir oleh media bahwa Indonesia berencana mengimpor beras dari Thailand sekurangnya 175.000 ton[1] hal ini tentunya mencederai semboyan negara agraris bagi Indonesia yang seharusnya mampu memproduksi beras dalam skala besar. Petani yang merupakan saubjek vital/ produsen padi semakin terpuruk karena produksi beras kini semakin turun, hal ini perlu dikaji guna mendapat solusi yang baik.
Share:

16 November

Adinda, teduh wajahmu semakin berwarna dalam jiwa. Senyummu terasa sejuk dan jelas nyanyikan lagu-lagu rindu, ada kata yang belum mampu ku lukis dalam frasa. Ada pula cinta yang menarikan tarian-tarian surga. Adinda, aku ingin melebur pada detak detik waktu yang mengalir di dekatmu, tak banyak yang ku tawarkan selain kesejukan dan ketenangan untuk jiwa dan ragamu. Aku akan terus mengalir menemanimu, hingga kau temukan kemuliaan hidupmu. dengan atau tanpa aku itu bukan masalah, karena memang niatku tuk tidak mencintaimu dengan berlebihan. Adinda, aku juga tak menuntut kau tuk paham makna tiap tarikan nafasku, aku hanya mendambamu dalam ruang-ruang yang penuh keikhlasan.
Share:

15 November

Aku mencintaimu bagai sendu malam, dingin menyelimuti pekat. Gelap sudutkan sejuta rindu pada ujung-ujung gulitanya. bagaimana cara tuk membahasakanmu agar kau tak terbaca sederhana ? ingin ku sebut kau juwita malam, tapi ternyata kau lebih dari sekedar juwita. Pernah ku lukis kau bunga malam, tapi tetap kau lebih dari sekedar Bunga. Kasih, Aku benar mencintaimu, merindumu dalam beku malam. Aku ingin menulismu dalam kata, agar kau selalu ku baca dan ku rasa.
Share:

14 November

Ba'da shalat jumat siang tadi, ratusan Pemuda Bersatu Di tugu perjuangan kampus Merah. Dengan almamter yg sedang kotor, disusuri tepi jalan untuk meneriakkan keadilan. Ada ribuan dusta yg terselubung di tanah pertiwiku, ada perselingkuhan yg tertutup rapat-rapat. Ada tembok kokoh yg penuh lendir-lendir kenistaan. Ada keadilan yg tercederai. Moral birokrat sudah semakin membusuk, tak ada alasan lagi untuk tunduk dan diam mendengarkan ceramah omong kosong para birokrat2 biadab. Revolusi adalah bentuk cinta yang murni untuk keadilan yg hakiki, Sekarang sudah waktunya kita MELAWAN rezim-rezim yang telah mengubur cita2 bangsa. Hancurkan tembok-tembok kebobrokan, sekali lagi darah dan luka adalah sebentuk keikhlasan sebuah perjuangan. DIAM TERTINDAS ATAU BANGKIT MELAWAN.
Share:

13 November

Tanahku sedang rusuh, saudara-saudaraku sedang sibuk berkelahi atas nama idealisme, lelah berteriak dan menutup jalan sementara terik tak tau malu begitu santai menghantam kepala. Tak mau kalah, Bapak Pengayom juga lebih sangar berteriak, BIADAB. Inilah tanahku, penuh semangat yang benci akan kesewenang-wenangan ! Darah atau luka adalah bagian dari perjuangan, Hantam tembok-tembok yang seharusnya melindungi kita. Semangat saudara-saudaraku, diam tertindas atau bangkit MELAWAN. LAWAN mereka yang tega melihat Bunda pusing di dapur
Share:

12 November

Malam bagai hening, suguhkan kisah berwarna kelabu. Ku sandarkan penat pada gulita dan gelap. Pada segenggam cinta yang anggun, kubahasakan rindu melalui angin malam dan bintang-bintangnya yang mungil.
Share:

12 November

Sokrates pernah berkata "Hidup yang tidak dikaji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi". Senada dengan itu, saya juga punya teori bahwa "Hidup tanpa kamu adalah hidup yg benar-benar tidak layak untuk dihidupi".
Share:

10 November

Tersenyumlah, karena sebentar lagi kau akan menjadi sebentuk kisah yg anggun. Sebentar lagi kau akan ku kubur dalam ingatan. Mudah-mudahan kau tak merasa menyesal sepertiku. Semoga, di beberapa waktu terakhir kau sadar bahwa cintaku adalah kesucian yg kau ingkari. Karena jenuh telah membujukku untuk beranjak dari kebekuan jiwa. Kau adalah ketidakpastian yg selalu ku tunggu. Maafkan kasih, aku jenuh.
Share:

10 November

Mencintaimu bagai memeluk duri, semakin ku dekap semakin sakit dan luka. Untuk itu, sengaja ku cinta kau dengan sederhana, cukup melukismu dalam jiwa dan membahasakanmu dengan rindu. Kau tak akan ku dekap erat, tapi tak akan pula ku lepas.
Share:

9 November

Senja hari ini tampak lain , tak seperti kemarin. langit begitu manja berbisik Tentang cinta. Melalui mendung, melalui gemuruh, melalui Hujan Dan dingin. Tetes demi tetes begitu mungil basahi jiwa, aku larut bagai rindu pada kesendirian.
Share:

8 November pukul 23:36

Ku sebut kau gerimis pertama di Awal November, sejuknya getarkan jiwa dan lukis warna-warna rindu. Aku larut pada hening dan anggun langit yang mendung. Ini kali pertama ku tatap dan menyentuhmu dengan dingin semenjak kau hilang beberapa waktu yg lalu.
Share:

Tuesday, November 4, 2014

"Cinta ada pada Kesendirianmu"


Untuk malam dan ihwal kegelapannya,
sengaja ku tulis rasa pada hening dekapan angin.
Menyanyikan rindu dengan irama-irama yang sendu,
Ingin ku membawa duka menari di angkasa, tapi pekat awan semakin erat memelukku, jiwaku remuk bagai dedaunan di musim kemarau, tak ku temui hijau seperti kemarin.

Adinda yang memaksaku tuk menulis tentang sepi,
maaf, jika diksi yang ku pilih beraroma fiksi, atau mungkin tak kau sukai,
aku tak akan pernah bisa melukismu dalam kesendirian, sebab kesendirian adalah sunyi, sunyi adalah hampa, dan hampa bukanlah apa-apa.
Sementara zat dan rekah senyummu telah berpadu pada tiap garis, tiap baris, tiap frasa dan tiap rasa dari bahasaku. Tak pantas kau tuk ku abadikan dalam sajak-sajak atau puisi sepi.

Adinda, lihatlah ke langit luas, pandangi tiap-tiap warna yang hinggap di dahan dan ranting malam, kau tak pernah melukis merah atau biru, tak salah jika malam tak pernah memberimu warna selain gelap dan sedikit cahayanya.
Maaf jika ku sebut kau sebagai adinda, dan maaf jika pintamu tuk menyendiri tak mampu ku kabulkan lewat berkata, Adinda.
Jika waktu telah menyentuh sejuk mentari esok, dandanilah senyummu dan warnai langit, serta dengar permohonanku agar tak pernah lagi kau memaksaku tuk membacamu dengan sunyi. Karena Tuhan dan keindahan Cintanya akan selalu ada dan paling dekat denganmu.


Makassar, 04 Nov. 2014
Share:

Freies Ermessen dalam Administrasi Negara


Freies ermessen adalah sebuah istilah yang digunakan dalam bidang pemerintahan, yang menurut Marcus Lukman, diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan administrasi Negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang. Kewenangan ini diberikan oleh pemerintah atas dasar fungsi pemerintah, yaitu untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, dan kewenangan ini merupakan konsekuensi logis dari konsep Negara hukum modern (welfare state). Namun, tentu saja kewenangan ini (freies ermessen) tidak dapat digunakan tanpa batas dan haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan publikb. Merupakan tindakan aktif dari administrasi Negarac. Dimungkinkan oleh hukumd. Atas inisiatif sendirie. Bertujuan untuk penyelesaian masalah-masalah penting yang timbul secara mendadak.f. Dapat dipertanggungjawabkanMenurut Laica Marzuki, 
Share:

Freies Ermessen (Diskresi)

Salah satu aspek penting yang terkait dengan prinsip akuntabilitas dalam reformasi birokrasi Indonesia saat ini adalah perihal kewenangan diskresi. Sebagaimana diketahui, diskresi ataupun yang lazim dikenal dalam bahasa Jerman sebagai Freies Ermessen merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap asas legalitas dalam pengertian wet matigheid van bestuur.
Secara bahasa freies ermessen berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freies artinya orang yang bebas, tidak terikat dan merdeka. Sementara itu ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan. Freies Ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga,
Share:

Tanggung Jawab Negara (STATE RESPONSIBILITY)

Berdasarkan hukum internasional, suatu negara bertanggung jawab bilamana suatu perbuatan atau kelalaian yang dapat dipertautkan kepadanya melahirkan pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik yang lahir dari suatu perjanjian internasional maupun dari sumber hukum internasional lainnya. Dengan demikian, secara umum, unsur unsur tanggung jawab negara adalah :
q  Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat dipertautkan (imputable) kepada suatu negara;
q  Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik kewajiban itu lahir dari
Share:

30 Oktober pukul 2:15 ·

Adinda, aku telah banyak mengagumi lewat kata atau tak berkata. Semakin kubahasakan kau, semakin sulit kau tuk kutemukan. Adinda yg bagiku tak pernah pudar pesonanya, kau adalah bentuk semu dari keindahan. Kau belum ku temukan di alam nyata namun kau selalu meng-ada di alam jiwa. Adinda, kau ku rindui walau tak pernah ku temui. Kata orang, kau bagaikan Mustahil yg Senantiasa KuSemogakan. Adinda-adinda jadilah Adindaku.
Share:

31 Oktober pukul 1:21 ·

Penghujung Oktober, Adinda kata mereka kau adalah sebentuk kisah yang takkan pernah menjadi nyata. Kata mereka kau adalah khayal yg sempat ku kutip dari Orang hebat. Terserah mereka, bagiku kau tetap punya roh dan selalu ku semogakan untuk meng-Ada dalam nyata. Jiwaku telah sesak dengan harapan. Menunggu adalah sebentuk keidahan, tak apalah akan kunikmati dengan ikhlas. Adinda, aku mendambamu dalam pekat malam juga dalam riuh siang.
Share:

Muhammad Resky Ismail 31 Oktober pukul 16:30 ·

Kau bilang terserah, ku bilang inshaAllah aku akan lbih banyak bersabar. Aku mencintaimu bukan agar kau terima aku jadi kekasihmu, aku mencintaimu agar kau bisa ikhlas dan paham bahwa aku benar mencintaimu. Berapa lama pun waktu yg kau butuhkan untuk mengerti sebanyak itu pula aku akan menunggu, bersabar dan ikhlas. Semoga berkah, aamiin
Share:

Kemarin jam 18:43 ·

Aku ingin melukismu dalam kata, mendekapmu erat dengan frasa dan rasa yg merindu. Aku ingin menulismu pada langit, pada malamnya yg bertabur bintang, pada siangnya yg berwarna emas. Kasih dan manisku, aku ingin memahat senyummu di pelupuk jiwa, mengabadikanmu dengan cinta.
Share:

Sajak Sepeninggal Agustus


Dipertemukan pada awal rembulan yang indah,
gerahyangi cinta dengan nafas setengah jiwa, ada kata yang terpaksa menjadi frasa,
Memeluk raga dan menjelajah pada ruang rasa dan hampa
Tampak kebisuan membahasakan rindu yang hambar, ku sebut itu cinta
karena malam memaksa tuk bercinta.
Hari-hari berlalu bagai embun pada penghujung pagi,
begitu rancu dan tak beraroma sama sekali, kusam.
Kau bagai siang dengan keangkuhannya, sedang cintaku bagai
malam dengan keheningannya, kita paksakan tuk bertemu pada senja atau
pagi yang gulita. Memang singkat kau ku dekap, namun wangimu
semakin melekat seiring langkahmu yang semakin menjauh.
Aku menulismu dalam kata dan nada pilu,
merindumu pada waktu-waktu yang kelabu,
Di penghujung rembulan yang masih indah,
ku dekap butir-butir senyum yang pernah kau hibahkan,
Ku sandarkan risau pada sepi sepeninggal agustus, ku tangisi waktu dan tiap-tiap detak detiknya. lalu,
ku sebut kau cinta walau kita tak pernah bersepakat dengan cinta.
Kasih, Kita tak pernah bersepakat dengan waktu dan semua yang sempat kita sebut rindu.
Makassar, 04 Nov, 2014
Share:
Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts