Thursday, September 25, 2014

Pelajaran Mencinta

KH. Jalaluddin Rakhmat

Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya. Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka. Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.
Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya.
Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: “Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai.”
Hal ini mengingatkan saya akan buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan wanita itu diukur bukan oleh wanita itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai wanita jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan wanita-wanita telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya. Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet.
Jika target kita dalam hidup ialah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan karena kecintaan makhluk itu bersifat sangat sementara atau temporer. Dalam Manthiq Al-Thayr, atau Musyawarah Para Burung, Fariduddin Attar berkisah tentang kelompok para burung yang tengah mencari imam mereka. Burung-burung itu memilih Hudhud sebagai pemimpin karena ia dianggap burung yang paling kaya akan pengalaman. Hudhudlah yang menjadi penyampai pesan dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis dan Hudhud pulalah yang menjadi utusan Nabi Nuh untuk mencari sebidang daratan kering ketika sebagian dunia yang lain dilanda air bah.
Meskipun seluruh burung meminta Hudhud menjadi pemimpin mereka, Hudhud tetap berkeberatan. Ia malah berkata, “Sesungguhnya pemimpin kalian berada di Bukit Kaf, namanya Simurgh. Ke sanalah kalian pergi menuju.” Hudhud lalu menggambarkan keindahan Simurgh sedemikian rupa sehingga para burung yang lain jatuh cinta.
Para burung pun memohon agar Hudhud mau mengantarkan mereka ke hadapan Simurgh. Namun sebelum mengajak mereka ikut serta, Hudhud terlebih dahulu menceritakan beratnya perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju Simurgh. Setelah mendengar betapa sukarnya jalan yang akan dilalui, sebagian besar burung mengurungkan niatnya. Burung Bulbul mengajukan keberatannya, “Aku mencintai Simurgh dan ingin menjumpainya, namun sekarang ini cintaku telah terpatri kepada setangkai bunga mawar. Jika kupikirkan tentang kelopak mawar yang merekah, kurasa aku tak perlu lagi berpikir akan Simurgh. Cukuplah bagiku keindahan mawar itu. Kuyakin sepenuhnya mawar itu akan selalu megembangkan putik-putik sarinya karena kecintaannya jua kepadaku. Aku tak bisa hidup bila harus meninggalkannya. Aku tak mau hidup bila tak dapat lagi memandang rekahan mawar itu.”
Lalu Hudhud berkata, “Ketahuilah, kecintaan kamu terhadap mawar itu adalah kecintaan yang palsu. Janganlah engkau terpesona akan keindahan lahiriah. Mawar hanya merekah di musim semi. Begitu tiba musim gugur, mawar akan menggugurkan kelopaknya. Ia akan menertawakan cintamu….”
Melalui kisah ini, Fariduddin Attar mengajarkan bahwa sesungguhnya kecintaan makhluk itu adalah sementara. Seorang istri, yang berusaha keras untuk meraih cinta suaminya, akhirnya akan menemukan bahwa cinta suaminya itu datang dan pergi. Suaminya tak mencintai ia untuk sepanjang masa. Ada masa ketika cinta suaminya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula sebaliknya, seorang suami tak akan memperoleh cinta yang kekal dari istrinya. Kecintaan manusia takkan pernah
Share:

Memahami Tujuan Hidup Manusia

Ada banyak literature dan dari beberapa ahli/ pemikir mengasumsikan tentang apa sebenarnya tujuan dari manusia diciptakan. Sebagian besar dari kita pastilah merujuk pada hakikat manusia diciptakan, yaitu menyembah dan beribadah kepada Tuhan. Tapi taukah kita ternyata ada kekeliruan jika kita hanya sempit membahasakan tanda-tanda yang diberikan oleh sang pemilik Pengetahuan Allah swt. Ibadah merupakan perwujudan ketakwaan kita kepada Tuhan, sebagian dari kita menganggap bahwa kita hidup sebenarnya hanya untuk menyembah dan melaksanakan perintahNya, agar nanti ditempatkan di surga.
Bagi kaum agamais, Surga sering kali dikaitkan dan menjadi alasan kita dalam berkehidupan. Surga dengan kenikmatannya dianggap tujuan untuk hidup, dimana ibadah sebagai jalan untuk mencapai surge tersebut. Jika kita menganut pandangan tersebut, artinya kita termasuk orang yang naïf dan senantiasa mengesampingkan berbagai aspek yang sebenarnya penting. Manusia adalah makhluk yang berakal, fungsi akal adalah sebagai chooser atau yang menentukan ide yang hendak diaktualisasikan. Manusia sebagai makhluk yang
Share:

Hari Anti Korupsi : “Eksistensi atau idealisme ? Lalu benarkah kita ? “

BismillahiRrohmaanirrohiim.
Hidup Mahasiswa, Hidup Mahasiswa, Hidup Mahasiswa
Di Jalan A.P Pettarani, Jl. Alauddin, Perintis, Fly Over, Jln. Urip S. Buntu, sesak dengan Sorakan Mahasiswa yang Simpati terhadap Bangsa ini. Bantai Koruptor. Bantai Korupsi. Hidup mahasiswa. Mudah-mudahan kita senantiasa berada dan sejalan dengan TUHAN.
Hal yang paling hina di dunia ini adalah memakan atau mengambil hak orang lain. Hal ini bertentangan dengan semua aspek Ke-Nuranian. Bukankah kita secara hakikat punya hasrat tuk dihormati haknya. Lalu benarkah kita sebagaimana manusia berakal dengan bangga menipu lalu mengambil hak dari saudara kita ? Kita tak ayalnya seperti Binatang Kawan ! Bahkan lebih hina.
Korupsi sebagai kejahatan Luar biasa (Extraordinary Crime) adalah bentuk real di Organ Vital bangsa Indonesia. Apakah ini budaya atau Keterpaksaan ? Kita hanya bisa menduga, karena kebenaran sangat Rumit tuk kita pahami. Ada banyak yang terungkap tapi lebih banyak yang tak terungkap. Kita bukannya diam kawan, Kita tetap berpikir untuk memahami ini secara baik. Negeri ini Kaya, tapi dipenuhi Rakyat Miskin. Bukankah kita sepakat bersatu untuk kesejahteraan bersama. Sekarang hanya yang mewakili kita yg sejahtera. ironi betul Bangsa ini.
Kemarin ada anak Jalanan, wanita Lansia, Ibu dengan menggendong Bayi mengusap keringat lelahnya di bawah teriakan Panas mentari. Kemarin lagi, mereka dengin tangan kakunya mendekap badan meratap dingin dengan mata yang penuh harapan, mereka kehujanan kawan.  Mereka adalah bagian kecil dari Ke-Egoan kita. Di lampu lalu lintas, di Pinggir-pinggir jalan, mereka tidur dan mencari nafkah. Untuk hidup sehari, untuk hidup hari ini.
Share:

Realitas Ketunggalan : “Kotak dalam Lingakaran, Apakah kita sama atau berbeda ?”

Salah satu permasalahan yang sering memicu perpecahan adalah berbedanya ideologi kita.
Ideologi secara sederhana adalah cara pandang kita terhadap sesuatu, ideologi merupakan bentuk dari abstraksi pemikiran kita. Selama ini kita sering terbuai dan hanyut dalam perbedaan berpikir, padahal jika kita kaji kebenaran dari suatu hal, maka akan menemukan realitas ke-tunggal-an (esa). Kita bisa berpikir apapun namun kita terikat dengan nilai kebenaran yang pada hakikatnya ada pada sesuatu. Cara pandang kita membuat kita berbeda, perbedaan ini pada dasarnya bersumber dari ke-kolektifitasan kita. Secara individu daya pikir kita pada dasarnya sama, kemudian berkembang dan terpengaruh oleh sekililing/lingkungan. Pada tahap inilah kita mulai berbeda dengan yang lain. Kecenderungan kolektif secara jelas membentuk kotak. Kotak yang isinya berupa doktrin skala besar yang akhirnya berbenturan dengan kotak yang lainnya dalam artian kelompok lain.
Hal yang perlu kita sadari adalah bentuk realitas ketunggalan ini, karena jika kita menlisik ke dalam diri (looking to yourself) ternyata ada kecenderungan sama dengan individu lainnya. Bentuk dari sistem untuk memilih pada manusia adalah Akal. Akal yang jelas menentukan tindakan yang akan kita ambil, salah atau benar bentuk aktualisasi kita tentunya dipengaruhi oleh kecenderungan akal untuk menentukan sikap. Dalam diri manusia terdapat dua bentuk/sifat esensinya yaitu Hati/Moral dan Ego/Hawa nafsu. Dua sifat ini yang senantiasa menjadi timbangan dalam menentukan dan melakukan sesuatu. Moral adalah yang menentukan baik atau buruk sesuatu dan bersifat suci(bebas ego). Moral akan menjadi Penanda (bell) ketika kita hendak ber-eksistensi. Sehingga pada hakikatnya, kita adalah makhluk suci dan sempurna jika kecenderungan akal untuk memilih berdasar pada Moral manusia. Sedangkan Ego/ Hawa nafsu adalah sifat Setan. Ego atau ke-Aku-an ini yang menjadikan manusia bisa lebih Rendah atau sepadan dengan Iblis. Sedang Iblis sendiri telah dilaknat oleh Tuhan karena Ke-Ego-an dan keangkuhannya.
Share:

Catatan Akhir Tahun : “Tuntutlah sebanyak-banyaknya”

Bismillahirrahmaanirrahiim. Segalaj puji bagi Tuhan Allah swt. Sang pemilik semesta alam. Sang penggemgam Roh dan nafas seluruh Ummat Manusia di muka bumi. Salam dan shalawat kepada NabiAllah Muhammad Saw, sebagai Pencerah dan penjelas Karunia Tuhan kepada Kita sekalian. Entah bagaimana lagi cara kita untuk membalas karunia Tuhan.
Tahun demi tahun silih berganti dan menjadikan kita semakin angkuh. Ada yang bilang bahwa usia adalah lambang bahwa semakin bijaksananya kita, iya. Itu dulu ! Sekarang kita telah larut dalam proses pendewasaan yang salah. Tidaklah heran jika remaja- remaja menjadi liar karena meneladani Proses pendewasaan yang keliru. Sekarang kita telah tersesat di angkuhnya lingkungan dan budaya sekulerisme, mungkin benar yang selalu dibicarakan orang bahwasannya kita sekarang lebih sering melihat kekufuran dibanding kemaslahatan sedang label Ke-Islaman senantiasa kita agung-agungkan. Ada yang menindas atas nama Islam, ada yang menyuap juga mengatasnamakan ke-islaman. Begitu kotor dan runtuh Iman kami Ya Rab,
Share:

Dijalan itu hanya ada garis jalan

Bismillahirrahmaanirrahiim
Siang tadi tepatnya pukul 13.00, kendaraan lalu lalang kemudian terdiam tepat di bawah jembatan raksasa. Jembatan yang pada masa itu banyak membuat air mata menetes. Jembatan yang penuh maksiat ketika malam. Malam yang katanya “menjadi penghubung antara dosa dan berkah”.
Masih tentang sekitar jembatan, puluhan bahkan ratusan pemikir yang cinta akan kedamaian turun ke jalan, dengan gagah berani menyuarakan aspirasi dari entah siapa ? Rakyat ataukah kepuasan batin belaka ? Entahlah karena tidak pernah ada sejarah para pemikir ini mendiskusikan tujuan dari pergerakan yang melumpuhkan separuh hati kota Daeng hari ini.
Meneteslah keringat penuh semangat para pemikir bangsa, memang sudah sewajarnya kita kritis terhadap isu-isu yang tidak pro untuk kesejahteraan rakyat. Tapi hari ini, mungkin kita yang teralalu arogan atau mungkin kita terlalu bangga dengan gelar yang selama ini menjadi mitos dan menghegemoni setiap pergerakan
Share:

Cintaku bukan penjara

Terimalah manisku, kita telah banyak tau tentang luka atau duka.
Tentang rindu atau sepi yang lebih dari sepi.
kita pernah menjadi pahit pada pahit yang sebenarnya.
Kita pernah !

Sekarang ku sambut diriku dengan diri yang lebih bisa mencinta,
aku telah belajar sebanyak yang kau butuhkan untuk dicinta.
Jika memang bumi masih sulit tuk terima tulusku,
biarkan langit yang bahasakan kebenaran yang jujur.
Aku tak akan memaksa karena cintaku bukan penjara.

Teramat dingin dan kaku jiwamu hari ini,
seolah kau paham tentang dunia atau tentang cinta cinta di langit.
Kau senyum dalam kekakuan, aku susah tuk paham walau ku coba dengan perlahan.
Kau banyak benarnya tentang rasa atau semua yang bukan rasa,
tapi kau salah besar terhadap Cinta dan tidak selain itu.
Aku ingin banyak mencoba manisku.
Aku ingin.

Pada malam yang kecewa, atau waktu yang gila.
Terakhir dan yang paling tulus, ku bahasakan kau dengan Diriku.
Kucinta kau dengan cinta. Ku rindu kau dengan rindu.
Dan ingat, Cintaku Bukan Penjara

Bulukumba, 24 Juli 14
Share:

20 atau 18

Alhamdulillah, alhamdulillahirabbilaalamiin.
Segala Puji atas nikmat yg selama ini kecarikan sebutan untuk mewakilinya.
Tak ada kata yg mampu mewakili makna dan rasa syukur atas daging dan segenggam nafas dari_Mu
Entah Tuhan, aku begitu sadar bahwa keber-ada-anku semakin jauh dari_Mu.
Mungkin sebentar lagi aku hilang atau tenggelam, entahlah Tuhan.

Di usiaku yg 20 atau 18 ini, semakin banyak semoga yang akan kuucapkan Ya Rab,
Bukan karena aku malas, tapi aku yakin jalanku akan lebih nyata di banding kemarin.
Akan banyak khilaf yg tak ku sengaja, dan inshaAllah sedikit yg ku sengaja.
Aku tumbuh Ya Rab, aku seperti yg kauWahyukan pada alam.

Terima kasih untuk Ayah dan Ibu serta orang tua, terima kasih atas kasih dan fasih yg ku rasa.
Tentunya, kalian lelah dan kadang bangga dengan diri dan ke-diri-anku.
Tak banyak yg mampu ku ku lampirkan dengan terima kasih ini. Belum, belum sampai saat ini.
Belum sampai usiaku yg ke 20 atau 18 ini.
Semoga, semoga semoga Ya Rab.Semoga Dunia memuliakan Orang tuaku karena membesarkanku.

Terima kasih untuk saudara-saudaraku, Ilham, Taufik dan Nova.
Kalian adalah murid terbaik bagiku, teladani aku dari sisi Baik ku.
dan maafkan aku dari sisi ke-kakak-anku. Aku belum bisa menjadi Kakak yg baik.
Belum bisa, masih sering kalian menghambakan diri bukan meng-adik-kan diri seperti selayaknya.
Di usiaku yg 20 atau 18 ini, semoga dan semoga kalian jauh lebih baik dariku.

Untuk sahabat-sahabatku, terima kasih atas hidup yg ramai ini.
Entah, tanpa ramai kalian ini apakah aku masih bisa tertawa seperti kemarin-kemarin ?
sahabat dari SD98BTM, X-Pentig Btmn,Nag-Pone, Osis Skansa. Terima kasih kalian.
Di usiaku yg ke 20 atau 18 ini,
Semoga dan semoga kita bertemu di sukses yg selama ini kita angankan.

Untuk kalian yg pernah singgah dan mengombang-ambing jiwaku.
Terima kasih atas cinta dan pengorbanan, mungkin aku tak akan pernah sanggup membalas.
Mungkin bagi kalian aku adalah kebencian yg nyata, tapi maafkanlah karena usahaku memang sebatas kemampuanku.
Semoga dan semoga hidup mengadili Kita. Semoga di Usiaku yg ke 20 atau 18 ini menjadi pengadil sembari menunggu Yg Maha Adil.

Untuk belahan jiwaku, inshaAllah kita akan bertemu di Surga dan merasakan surga sebelum surga yg sebenarnya.
Share:

JIKA CINTA ADALAH TULISAN

Entah, apa yang akan ku tulis,
malam hanya beri sedikit waktu dan luang
Ada kisa yang sulit tuk dikisahkan
ada pula kasih yang serasa mustahil tuk berkasih
lalu pena masih angkuh
******
Aku hendak mengajarimu tentang senyum
mengajarimu cara tuk tidak bersedih
berbagi tentang perih, pedih karena memuliakan ikhlas
mengajarimu banyak tentang hidup dan berhidup yang sebanarnya
******
Betapapun capung teramat dekat
tapi bagai sulit tuk mendekat
inilah alasan, kenapa dunia tak paham dengan merahmu
Terbang dan bagai siluet senja
terbang dan lupa tentang cara tuk hinggap
Bagaimana mungkin kau paham tentang duri
sedang menatapnya saja kau enggan.
Bagaimana pula kau hidup dalam meng-hindar jika semak
mulai menjadi pintu terakhir dan tamat
******
Jika bagimu, cinta adalah tulisan
maka aku adalah demikian

Makassar Maret 2014
Share:

AKU MAU MENULIS CINTA

Aku mau mnlis cinta,
C kmmudian I dan strusnya.
Aku tak mau skdar kau rsa, aku tak mau.
Aku mau mnlis cinta untuk kau baca, untk kau simpan,
untuk kau tnjukkan kpda mreka yg tdak senang meRASA.
Aku mau mnuliskan lnjutannya,
N kmudian T dan strusnya,
Aku mau kita tak buta dan snantiasa mau mmbca.
Sbab tak smua kata dpat ku ucap dngn berkata,
tak smua sikap mampu kita pahami dengan bersikap,
Aku mau menulis.
menulis suka, menulis duka, menulis luka, menulis lupa,
Menulis cara menulis, menulis cara tuk tidak menulis,
Karena ada yg harus ku tuliskan, dan adapula yg cukup kita
rasakan.


Makassar, 7 april 14
Share:

ENTAH

Dan bisulah langit, tak kuasa mendelik
Kerontang jiwa diterbangkan angin  jua ditampar awan
Rebah roh yang kalut akan cinta dan cita
Hilang pula rindu yang menjadi kakiku selama ini.
Kembali gelisah mengurung raga menjadi murung

Aku tak akan mungkin menuntut apa-apa
Karena kita tau, aku bahkan tak pernah memberimu apa-apa
Pilihan kita, pilihanmu atau pilihanku ?
Tak ada yang tau pasti kebenaran yang hakiki
Biar tetap jadi misteri, biar nanti penyesalan atau bahagia yang jadi saksi.

Resahlah hati, sebab sudah lama kau tak ku resahkan,
Tiba waktunya dimana yang lama sembuh harus sakit dan tertikam
Harus pedih dan sedih, miris dan menangis, mati dan jangan kembali.
Sebab bukan cinta jika tak menggores suka dan luka
Sebab bukan sayang jika tak meninggalkan kesan juga kepasrahan

Iya, kau memang telah lelah dan aku memang banyak melelahkan,
Akan tetapi karena kita kelelahan, kini kita menjadi lebih tenag dan berfikir
Kita lebih kuat,

Nanti ada masanya ketika kita menyesal dan hanya meratapi sesal
Entah jika saat itu kita tertawa atau bercanda, ataupun kita menangis
Dan ter-iris. Entah, nanti kita dipertemukan malam atau disembunyikan olehnya,
Atau lagi kita bersama juga tak menutup kemungkinan kita tak mungkin bersama. Entah, karena mereka tak pernah tau, kita pun tak akan tau.

Teruslahlah melangkah,

Bulukumba, 9 juni 2013
Share:

Aku juga tidak mengerti, karena memang ini takkan mudah tuk dimengerti

Sejenak nafas menyebar di 3x4 bilik, sesak namun tetap luas
Kata per kata ku letakkan dan ku tata dengan kuas merah buas
Garis ku tarik tuk membatasi yang haq dan batil, semua ku lepas bebas
Biar kau menari, biar kau yang tentukan arah, pergi lekas tanpa bekas
Aku juga tidak mengerti, karena memang ini takkan mudah tuk dimengerti

Dinding semakin menyempit, batas semakin menagih tuk takdibatasi
Menuntut semua yang selama ini menurut dan hanya ikut. Tuntut aku seberat yang aku mampu
Sebab aku tak punya kuasa, dan kau tak berkuasa.
Aku terima karena sebenarnya aku tak pernah punya keberanian tuk menerima
Ini hanya 1/7 dari yang mampu dan aku lakukan
Semua karena kita pernah satu, bernafas sesak dan ditelan hujan
Kita pernah.

Juga ada saat rindu ini harus bersembunyi, karena malu tuk kau ketahui.
Atapun tak punya roh tuk diketahui, bahkan tak punya hak tuk menjadikannya ada.
Biar Rindu ini berjalan sendiri, menapaki teluk pemisah atau menunggu tuk berpisah
Aku tak menolak walau aku tau dan sangat mengerti tentang jumlah nafas yang bisa ku hela,
Langkah Yang bisa kutapaki, atau kegelisahan yang amat tentang hati. Tanpammu,
Yah. Tanpamu . hanya karena tanpamu.

Belenggu ini abadi manisku, cinta ini telah menjadikannya abadi.
Tak kuasa tuk ku lepaskan hati, tak mampu tuk ku tambatkan ke lain hati,
Semua lemah, pikiranku lemah, tekadku keriting, harapanku masih mengapung.
Dilema tuk memilih. Apakah harus tanpamu yang memang sudah harus, atau
Menunggumu yang memang selalu ku lakukan dan pasti akan selalu aku lakukan,
Aku juga tidak mengerti, karena memang ini takkan mudah tuk dimengerti


Bontomanai 14 Juni 2013
Share:

Nanti Ada Satu

Gelisah dan rindu berkecamuk bersama biru dan merah jambu
Sempit,menyesakkan udara serta bimbang
Tata plangit untuk menyederhanakan simalakama
Ini rindu untuk siapa ?

Garis senyum pula semakin sama, rindupun tak banyak beda
Demikian gundah batin tuk merangkul sejati.
Adakah ilham bersama dilema ?
Atau telunjuk di tengah savana ?
Bawa angan bersama angin, tanpa asa
Ah,….Kemana langit ? Kemana Bintang juga purnama ?
Raga kecil dan satu ini, tentunya tak kuasa
Mendakap derita jua gelisah

Hendakberlayar, dengan lentera merah api
Yah..tuk sekedar menenggelamkan ego dan serakah dilaut mati
Walaupercuma dan tak berguna.
Ah…lelah, jangan menagih tak kuasa tangan tuk hapus empat bola mata.
Atau tak ada sama sekali,
Atapun mataku sendiri.

Satu itu tak ada, tak ada itu derita, derita itu hidupku.
Mana mungkin merangkul rindu dengan rindu, atau cinta dengan cinta.
Mustahil pula merangkul ketiadaan.
Biar sepi tau disepikan, arggghhh… aku mau hilang
Tinggalkan semua dan menanti sempurna untuk kutinggali
Mungkin dengan dia atau dia.
Sudahlah…matahari pasti membakar dilema, sinari yang baik
Dan setia pada yang esa.
Share:

Diantara Hitam dan Emas

Sore kelam sebelum dikhatam senja
Angin diam, langit diam, udara beku dan hati menyepikan sepi
Perlahan.kabut tipis untuk subuh nanti, merangkul penat
Datang lebih awal dan hinggaplah sampai kau lupa asalmu,
Sebab cinta tak kenal lelah dan dimensi waktu.
Dia diizinkan menari dan lenyap seperti hujan bersama mendung.

Adalah rindu yang sebabkan hari serasa berhar-hari
Ada pula ketika degup ini tak mampu mengimbangi
sorot dari dua benda yang semakin lama semakin penuh dengan rahasia.
Ijab dari langit, qabul dari bumi maka abadilah kita dipersinggahan hidup,
Persinggahan yang senantiasa mengetuk akhir dan binasa

Perlahan mega-mega yang keemasan menyapu langit menjadi senja
Turunlah kau wahai langit hitam, jauhlah dari kemunafikan ufuk timur dan barat
genangi ratapan sedih sebab cinta yang tak kuasa berkata-kata.
selesaikan senja sebelum langit memadamkan emas dan mutiara di punggung hari,
aku masih belum berani tatap langit tuk sekedar bimbangkan kegalauan jugakesendirian.

Cerahlah langit, sisakan tempat bertenggar untuk purnama malam ini
Berlanjut kugelisahkan hati, sampai tenang dan fitry memeluk raga.
Aku lelah, karena menantimu tak sesederhana menatap senja yang mendung,
Atau juga menanti pelangi diakhir sore
Share:
Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts