Pada
malam yang sembunyikan duka,
Pada
gelapnya, pada hitamnya ku cumbui rndu-rindu yang hambar
Cahaya
yang warnai kulit dan merahi darah, meredup dengan lembutnya,
Ada apa
cinta ? kau semakin sukar tuk kubahasakan dengan kata atau berkata.
Apa
mungkin kita tidak lagi kita seperti kita sebelum kita yang sekarang ?
Entah,
Tuhan Maha Tau kebenaran yang lebih benar dari sekedar benarmu.
Aku
hilang di antara ada dan ada di langit,
Dingin
dan bimbang mengetahkanku diantara ingin juga angan,
Kita
belajar melupa tentang malam , memberi pahit pada cemburu-cemburu liar,
Ada apa
dengan ampun atau mengampuni? Teramat sulit kita berdamai dengan waktu
Juga
semua yang bukan waktu.
Kini
kau lepas dekapmu, dekapanmu dari jiwa. Dari jiwa.
Biar ku
larikan duka, biar ku cintai luka bersama butir-butir senyum yang pernah kau
hibahkan.
Biar
aku, atau malam menelan.
Kita
begitu keras, keras hati, jwa, raga dan cemburu.
Mencintamu
membuatku menyesal karena mesti kehilanganmu.
Mencinta
dirimu membuatku meragu tuk berhenti mencinta.
Aku
akan berhenti sekarang, biar dunia dan semesta menceritakan pada semesta
selanjutnya,
Tentang
kata yang lebih dari kata. Cinta yang lebih dari cinta,
Karena
aku dan egoku tak pernah mampu menjelaskan cinta.
Bulukumba,
9 Juli 14
0 komentar:
Post a Comment