Thursday, December 25, 2014

Filsafat Cinta : Tingkatan Menuju Cinta


Filsafat Cinta : Tingkatan Menuju Cinta
Oleh : Muhammad Reski Ismail

Kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah ketika cinta melebur dan menyatu dengan ke-dirian, mungkin akan banyak yang keliru memaknai hakikat cinta, untuk mereka yang kaku dalam mendefinisikannya cenderung memahami cinta dalam konsep material. Untuk mereka yang gagal menemui bahagia cenderung menjadikan cinta sebagai kambing hitam dan akan pesimis dengan cinta. Tapi bagi insan yang teduh dan anggun memaknai Cinta akan senantiasa bahagia karena tiap tarikan nafasnya begitu sejuk dan menyegarkan, bagaimana tidak cinta telah mengalir
di nadinya.
Membahas tentang cinta bukanlah hal yang sulit tetapi bukan pula perkara yang terlalu mudah, bagi sebagian orang bentuk saling mencnta adalah kontrak sosial, baik dalam numenklatur “Pacaran” atau “Menikah” memang tidak salah tapi juga belum bisa dihakimi bahwa hal itulah yang disebut cinta. Konsekuensi logis dar pacaran adalah putus, konsekuensi dari memiliki adalah kehilangan, jka cinta dikonotasikan sebagai suatu bentuk kepemilikan maka yakin saja cintapun akan sampai pada titik ketiadaan atau hilang. Wajarlah jika banyak yang rancu dan akhirnya jatuh pada kekecewaan karena pemaknaan cintanya.
Tidak akan mungkin ada kata atau bahasa yang akan mampu mewakili cinta secara utuh dan sempurna, maka seperti apapun kita membahasakan cinta pun kita akan sampai pada titik ketiadaan makna atau pengaburan makna.  Namun, bukan berarti cinta sulit untuk dibahasakan lewat berkata lebih anggun dari itu tiap Bahasa cinta akan menjadi khas tersendiri dan memiliki nafas keindahan padanya maka siapapun yang berbahasa atau mewujudkan sesuatu atas dasar ke-cinta-an maka akan selalu jiwa menerima dan tak kuasa menolak rasa bahagia. Hal inilah yang kadang banyak dipelintirkan oleh orang-orang yang memperdagangkan cinta, ia akan cenderung membahasakan kebohongan lalu mengatasnamakan cinta. Sungguh celaka mereka yang mengaburkan kemurniaan cinta.
Hal yang mutlak pada tahapan mencinta adalah : 1. Kagum, 2. Suka, 3. Sayang, 4. Cinta. Tiap tahapan punya kompleksitas yang sering dimaknai sebagai cinta itu sendiri, tapi perlu saya tegaskan memang agak sedikit sulit dalam membedakan tahapan tersebut. Kagum merupakan khas dari perasaan senang atau nyaman terhadap sesuatu hal ini disebabkan hal yang ada atau dimiliki oleh sesuatu itu semisal Rumah. Rumah yang memiliki sesuatu yang mungkin belum kita memiliki dan membuat kita nyaman melihatnya adalahbentuk sederhana dari kagum. Sebanarnya rasa kagum ini wajar dan memang niscaya karena manusia adalah makhluk empirisme, pengeinderaan akan banyak mempengaruhi perasaan kagum. Namun akan banyak kekecewaan padatahapan ini, karena kekaguman berpotensi berubah ketika hal yang dikagumi berubah, jika kekaguman kita nisbatkan pada materi yang notabenenya adalah hal yang mutlak berubah maka kagumpun akan mengikut pada sifatnya. Bisa saja semakin kagum atau hilang sama sekali.
Suka merupakan tingkatan selanjutnya dalam tahapan menuju cinta, perasaan suka atau perasaan keinginan untuk memiliki adalah tahapan lanjut dari kagum, logikanya jika kita kagum atau menyukai sesuatu, kita cenderung punya hasrat untuk memilikinya.  Pada tataran suka jika dikontekskan dengan hubungan “pacaran”, ini ada pada ranah PDKT (Pendekatan), sesuai dengan sifatnya sebagai rasa ingin memiliki maka apapun hal yang bisa membuat sesuatu itu dapat kita miliki pastilah akan dilakukan. Di sinipun akan banyak hal-hal menarik yang akan dirasakan, karena usaha dan perjuangan adalah hal mutlak untuk dilakukan, namun akan sedikit sama dengan kagum Perasaan Suka berpotensi untuk berubah. Untuk hal-hal tertentu yang sulit untuk dimiliki lebih cenderung menjadi bomerang bagi orang-orang, kadang kita tidak realistis dalam menyukai sesuatu sehingga ujungnya akan sampai pada titik kecewa dan siapa lagi yang disalahkan kalau bukan cinta. Hal ini sebenarnya keliru. Suka yang berlebihanlah yang cenderung berpotens menyebabkan kekecewaan.
Selanjutnya adalah Sayang sebagi lanjutan dari kagum dan suka, sayang dapat dimakanai sebagai rasa memiliki. Untuk sampai pada tahapan ini tentunya kita harus kagum dulu, kemudian menyukai dengan usaha untuk mendapatkan dan jika sudah kita dapatkan maka hal itu akan menjadi milik, di sinilah ranah sayang. Sama halnya dengan tahapan sebelumnya, sayang ini bisa berubah atau hilang  jika kita kehilangan rasa memiliki. Dalam konteks berhubungan Pria dan Wanita, inilah yang disebut “Pacaran”. Mereka yang pacaran cendurung akan memaknai hubungan tersebut sebagai hak kepemiliikan dimana mereka dapat mengatur masing-masing pribadi dan mereka bersepakat untuk tunduk pada aturan tersebut, namun sebagai manusia kadang kita mengatur sesuatu secara egois sehingga salah satu pihak yang dalam hubungan akan merasa tidak adil, ini merupakan jalan konflik dari suatu hubungan. Konflik ini terjadi karena memang manusia adalah makhluk yang freewill dimana kebebasan adalah hal yang mutlak dibutuhkan. Kekecewaan paling berpotensi terjadi pada tataran sayang, logikanya jika sesuatu yang dianggap sebagai milik kita tidak menurut atau bertolak belakang dengan yang kita harapkan maka kita akan cenderung kehilangan rasa memiliki itu.
Tahapan terakhir adalah Cinta. Cinta merupakan sesuatu yang manunggal dan universal, cinta adalah tingkatan lanjutan dari kagum, suka, kemudian sayang namun konteks cinta berbeda dari ketiganya karena rasa cinta akan murni dan bersifat kekal. Hal yang mungkin kita cinta adalah sesuatu yang memang sifatnya kekal, bebas dari sekat penginderaan semata. Cinta adalah bahasa langit, karena cinta hanya tekhusus untuk Tuhan dengan sifat-sifat.Nya . Jika dikontekskan dengan keduniawan maka cinta akan menjadi hal yang berbeda dengan cinta yang hakiki. Cinta memang sering kita maknai secara materil atau bersifat keduniawian sehingga esensi cinta akan kabur dan cenderung bersifat materialis, padahal sebenarnya makna cinta itu suci dan murni, tidak akan pernah ada manusia yang sanggup mencintai secara sempurna karena dunia hanyalah kesemuan dan terbatas sedang cinta yang hakiki hanya ada di langit dan mustahil pula untuk dapat menuju ke sana. Cinta yang ideal adalah keseimbangan antara cinta di bumi dan cinta di langit.
Hakikat cinta akan dibahas tersendiri pada kesempatan yang lain, karena tulisan ini hanya bertujuan menjelaskan tahapan menuju cinta.  Untuk hakikat cinta sendiri butuh pembahasan yang panjang, namun sebagai kesimpulan adalah Cinta itu adalah anugerah dan sifatnya suci, cinta adalah bagian dari ke-diri-an tiap insan sehingga semua manusia berpotensi untuk sampai pada titik kesempurnaan cinta.

Bulukumba, 25 Desember 2014
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts