Filsafat Cinta :
Tingkatan Menuju Cinta
Oleh : Muhammad Reski Ismail
Kebahagiaan
terbesar dalam hidup adalah ketika cinta melebur dan menyatu dengan ke-dirian, mungkin
akan banyak yang keliru memaknai hakikat cinta, untuk mereka yang kaku dalam
mendefinisikannya cenderung memahami cinta dalam konsep material. Untuk mereka
yang gagal menemui bahagia cenderung menjadikan cinta sebagai kambing hitam dan
akan pesimis dengan cinta. Tapi bagi insan yang teduh dan anggun memaknai Cinta
akan senantiasa bahagia karena tiap tarikan nafasnya begitu sejuk dan
menyegarkan, bagaimana tidak cinta telah mengalir
di nadinya.
Membahas
tentang cinta bukanlah hal yang sulit tetapi bukan pula perkara yang terlalu
mudah, bagi sebagian orang bentuk saling mencnta adalah kontrak sosial, baik
dalam numenklatur “Pacaran” atau “Menikah” memang tidak salah tapi juga belum
bisa dihakimi bahwa hal itulah yang disebut cinta. Konsekuensi logis dar
pacaran adalah putus, konsekuensi dari memiliki adalah kehilangan, jka cinta
dikonotasikan sebagai suatu bentuk kepemilikan maka yakin saja cintapun akan
sampai pada titik ketiadaan atau hilang. Wajarlah jika banyak yang rancu dan
akhirnya jatuh pada kekecewaan karena pemaknaan cintanya.
Tidak
akan mungkin ada kata atau bahasa yang akan mampu mewakili cinta secara utuh
dan sempurna, maka seperti apapun kita membahasakan cinta pun kita akan sampai
pada titik ketiadaan makna atau pengaburan makna. Namun, bukan berarti cinta sulit untuk
dibahasakan lewat berkata lebih anggun dari itu tiap Bahasa cinta akan menjadi
khas tersendiri dan memiliki nafas keindahan padanya maka siapapun yang
berbahasa atau mewujudkan sesuatu atas dasar ke-cinta-an maka akan selalu jiwa
menerima dan tak kuasa menolak rasa bahagia. Hal inilah yang kadang banyak
dipelintirkan oleh orang-orang yang memperdagangkan cinta, ia akan cenderung
membahasakan kebohongan lalu mengatasnamakan cinta. Sungguh celaka mereka yang
mengaburkan kemurniaan cinta.
Hal
yang mutlak pada tahapan mencinta adalah : 1. Kagum, 2. Suka, 3. Sayang, 4.
Cinta. Tiap tahapan punya kompleksitas yang sering dimaknai sebagai cinta itu
sendiri, tapi perlu saya tegaskan memang agak sedikit sulit dalam membedakan
tahapan tersebut. Kagum merupakan
khas dari perasaan senang atau nyaman terhadap sesuatu hal ini disebabkan hal
yang ada atau dimiliki oleh sesuatu itu semisal Rumah. Rumah yang memiliki
sesuatu yang mungkin belum kita memiliki dan membuat kita nyaman melihatnya
adalahbentuk sederhana dari kagum. Sebanarnya rasa kagum ini wajar dan memang
niscaya karena manusia adalah makhluk empirisme, pengeinderaan akan banyak
mempengaruhi perasaan kagum. Namun akan banyak kekecewaan padatahapan ini,
karena kekaguman berpotensi berubah ketika hal yang dikagumi berubah, jika
kekaguman kita nisbatkan pada materi yang notabenenya adalah hal yang mutlak
berubah maka kagumpun akan mengikut pada sifatnya. Bisa saja semakin kagum atau
hilang sama sekali.
Suka merupakan
tingkatan selanjutnya dalam tahapan menuju cinta, perasaan suka atau perasaan
keinginan untuk memiliki adalah tahapan lanjut dari kagum, logikanya jika kita
kagum atau menyukai sesuatu, kita cenderung punya hasrat untuk memilikinya. Pada tataran suka jika dikontekskan dengan hubungan
“pacaran”, ini ada pada ranah PDKT (Pendekatan), sesuai dengan sifatnya sebagai
rasa ingin memiliki maka apapun hal yang bisa membuat sesuatu itu dapat kita
miliki pastilah akan dilakukan. Di sinipun akan banyak hal-hal menarik yang
akan dirasakan, karena usaha dan perjuangan adalah hal mutlak untuk dilakukan,
namun akan sedikit sama dengan kagum Perasaan
Suka berpotensi untuk berubah. Untuk hal-hal tertentu yang sulit untuk dimiliki
lebih cenderung menjadi bomerang bagi orang-orang, kadang kita tidak realistis
dalam menyukai sesuatu sehingga ujungnya akan sampai pada titik kecewa dan
siapa lagi yang disalahkan kalau bukan cinta. Hal ini sebenarnya keliru. Suka yang
berlebihanlah yang cenderung berpotens menyebabkan kekecewaan.
Selanjutnya
adalah Sayang sebagi lanjutan dari
kagum dan suka, sayang dapat dimakanai sebagai rasa memiliki. Untuk sampai pada
tahapan ini tentunya kita harus kagum dulu, kemudian menyukai dengan usaha
untuk mendapatkan dan jika sudah kita dapatkan maka hal itu akan menjadi milik,
di sinilah ranah sayang. Sama halnya dengan tahapan sebelumnya, sayang ini bisa
berubah atau hilang jika kita kehilangan
rasa memiliki. Dalam konteks berhubungan Pria dan Wanita, inilah yang disebut “Pacaran”.
Mereka yang pacaran cendurung akan memaknai hubungan tersebut sebagai hak
kepemiliikan dimana mereka dapat mengatur masing-masing pribadi dan mereka
bersepakat untuk tunduk pada aturan tersebut, namun sebagai manusia kadang kita
mengatur sesuatu secara egois sehingga salah satu pihak yang dalam hubungan
akan merasa tidak adil, ini merupakan jalan konflik dari suatu hubungan. Konflik
ini terjadi karena memang manusia adalah makhluk yang freewill dimana kebebasan
adalah hal yang mutlak dibutuhkan. Kekecewaan paling berpotensi terjadi pada
tataran sayang, logikanya jika sesuatu yang dianggap sebagai milik kita tidak
menurut atau bertolak belakang dengan yang kita harapkan maka kita akan cenderung
kehilangan rasa memiliki itu.
Tahapan
terakhir adalah Cinta. Cinta
merupakan sesuatu yang manunggal dan universal, cinta adalah tingkatan lanjutan
dari kagum, suka, kemudian sayang namun konteks cinta berbeda dari ketiganya
karena rasa cinta akan murni dan bersifat kekal. Hal yang mungkin kita cinta
adalah sesuatu yang memang sifatnya kekal, bebas dari sekat penginderaan
semata. Cinta adalah bahasa langit, karena cinta hanya tekhusus untuk Tuhan
dengan sifat-sifat.Nya . Jika dikontekskan dengan keduniawan maka cinta akan
menjadi hal yang berbeda dengan cinta yang hakiki. Cinta memang sering kita
maknai secara materil atau bersifat keduniawian sehingga esensi cinta akan
kabur dan cenderung bersifat materialis, padahal sebenarnya makna cinta itu
suci dan murni, tidak akan pernah ada manusia yang sanggup mencintai secara
sempurna karena dunia hanyalah kesemuan dan terbatas sedang cinta yang hakiki
hanya ada di langit dan mustahil pula untuk dapat menuju ke sana. Cinta yang ideal
adalah keseimbangan antara cinta di bumi dan cinta di langit.
Hakikat
cinta akan dibahas tersendiri pada kesempatan yang lain, karena tulisan ini
hanya bertujuan menjelaskan tahapan menuju cinta. Untuk hakikat cinta sendiri butuh pembahasan
yang panjang, namun sebagai kesimpulan adalah Cinta itu adalah anugerah dan
sifatnya suci, cinta adalah bagian dari ke-diri-an tiap insan sehingga semua
manusia berpotensi untuk sampai pada titik kesempurnaan cinta.
Bulukumba,
25 Desember 2014
0 komentar:
Post a Comment