Sejenak nafas menyebar
di 3x4 bilik, sesak namun tetap luas
Kata per kata ku
letakkan dan ku tata dengan kuas merah buas
Garis ku tarik tuk
membatasi yang haq dan batil, semua ku lepas bebas
Biar kau menari, biar
kau yang tentukan arah, pergi lekas tanpa bekas
Aku juga tidak
mengerti, karena memang ini takkan mudah tuk dimengerti
Dinding semakin
menyempit, batas semakin menagih tuk takdibatasi
Menuntut semua yang
selama ini menurut dan hanya ikut. Tuntut aku seberat yang aku mampu
Sebab aku tak punya
kuasa, dan kau tak berkuasa.
Aku terima karena
sebenarnya aku tak pernah punya keberanian tuk menerima
Ini hanya 1/7 dari yang
mampu dan aku lakukan
Semua karena kita
pernah satu, bernafas sesak dan ditelan hujan
Kita pernah.
Juga ada saat rindu ini
harus bersembunyi, karena malu tuk kau ketahui.
Atapun tak punya roh
tuk diketahui, bahkan tak punya hak tuk menjadikannya ada.
Biar Rindu ini berjalan
sendiri, menapaki teluk pemisah atau menunggu tuk berpisah
Aku tak menolak walau
aku tau dan sangat mengerti tentang jumlah nafas yang bisa ku hela,
Langkah Yang bisa
kutapaki, atau kegelisahan yang amat tentang hati. Tanpammu,
Yah. Tanpamu . hanya
karena tanpamu.
Belenggu ini abadi
manisku, cinta ini telah menjadikannya abadi.
Tak kuasa tuk ku
lepaskan hati, tak mampu tuk ku tambatkan ke lain hati,
Semua lemah, pikiranku
lemah, tekadku keriting, harapanku masih mengapung.
Dilema tuk memilih.
Apakah harus tanpamu yang memang sudah harus, atau
Menunggumu yang memang
selalu ku lakukan dan pasti akan selalu aku lakukan,
Aku juga tidak
mengerti, karena memang ini takkan mudah tuk dimengerti
Bontomanai 14 Juni 2013
0 komentar:
Post a Comment