Thursday, September 25, 2014

Catatan Akhir Tahun : “Tuntutlah sebanyak-banyaknya”

Bismillahirrahmaanirrahiim. Segalaj puji bagi Tuhan Allah swt. Sang pemilik semesta alam. Sang penggemgam Roh dan nafas seluruh Ummat Manusia di muka bumi. Salam dan shalawat kepada NabiAllah Muhammad Saw, sebagai Pencerah dan penjelas Karunia Tuhan kepada Kita sekalian. Entah bagaimana lagi cara kita untuk membalas karunia Tuhan.
Tahun demi tahun silih berganti dan menjadikan kita semakin angkuh. Ada yang bilang bahwa usia adalah lambang bahwa semakin bijaksananya kita, iya. Itu dulu ! Sekarang kita telah larut dalam proses pendewasaan yang salah. Tidaklah heran jika remaja- remaja menjadi liar karena meneladani Proses pendewasaan yang keliru. Sekarang kita telah tersesat di angkuhnya lingkungan dan budaya sekulerisme, mungkin benar yang selalu dibicarakan orang bahwasannya kita sekarang lebih sering melihat kekufuran dibanding kemaslahatan sedang label Ke-Islaman senantiasa kita agung-agungkan. Ada yang menindas atas nama Islam, ada yang menyuap juga mengatasnamakan ke-islaman. Begitu kotor dan runtuh Iman kami Ya Rab,
astagfirullahAladziim.
Ada ratusan wakil rakyat yang akhirnya sial. Ada ribuan Pemimpin yang gagal dalam memimpin diri sendiri, begitu keliru kita. Kodrat sebagai Khalifah tidak pernah kita syukuri dan pergunakan secara bijaksana, RT,RW,Camat,Bupati,gubernur dan entah siapa lagi yang sial nantinya. Memang murah moral kita, tapi lebih murah moral dari mereka yang mebeli moral kita dengan harga murah. Kita semakin rapuh dengan harapan-harapan yang menjulang, bagaimana mungkin kita berdiri di atas pondasi yang sempit dan lemah, bagaimana mungkin kita berharap keseimbangan sementara landasan kita ternyata miring. Kita memaksakan semua, seolah yang dipaksakan semuanya benar.
Memang susah untuk menemukan kebahagiaan Tahun ini, karena kita selalu menggantungkan nasib kepada mereka yang tak pernah merasa senasib dengan kita. Entah kita yang bodoh ataumereka yang konyol, kita terlalu sering hidup dalam keadaan tak berdaya dan terbiasalah kita. Tak pernah kita berpikir bahwa negara ini adalah milik kita dan kita punya hak yang sama. Jika mereka sejahtera karena negara tentu wajib bagi kita untuk sejahtera karena kita tetap punya hak yang sama. Tapi beginilah kita, membiarkan hak kita dinikmati oleh mereka, membiarkan anak-anak kita bodoh dan mengemis.
Tak ada gunanya membahas masalah-masalah yang dialami oleh mereka yang kita kagumi. Kita punya hak yang mesti kita tuntut, kita punya anak yang mesti kita cerdaskan. Karena surga tidak menunggu mereka yang mengalah dan kalah, surga senantiasa memanggil mereka yang berani dan berusaha. Jadi penting bagi kita untuk instropeksi diri, penting bagi kita untuk belajar marah kepada mereka (pejabat-pejabat konyol). Kalau memang keadilan memamg mustahil untuk kita raih maka robohkan semua yang menjadi tempat keadilan itu mustahil bagi kita.
Esok adalah panggung sandiwara yang teramat besar, dengan lakon yang teramat lihai dalam bersandiwara. Pilihan ada pada kita, jika ingin menjadi figuran, silahkan. atau jika kita punya mimpi yang luar biasa maka jadilah sutradara. karena kedaulatan masih berada di tangan kita(rakyat). Apalah arti Rp.50.000,- atau sembako. Kita punya hak Rp.1 Milyar dan Sembako melimpah. Jadi belajarlah untuk menuntut banyak. Kita tetap negara yang Kaya di Dunia.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts