Thursday, September 25, 2014

Dijalan itu hanya ada garis jalan

Bismillahirrahmaanirrahiim
Siang tadi tepatnya pukul 13.00, kendaraan lalu lalang kemudian terdiam tepat di bawah jembatan raksasa. Jembatan yang pada masa itu banyak membuat air mata menetes. Jembatan yang penuh maksiat ketika malam. Malam yang katanya “menjadi penghubung antara dosa dan berkah”.
Masih tentang sekitar jembatan, puluhan bahkan ratusan pemikir yang cinta akan kedamaian turun ke jalan, dengan gagah berani menyuarakan aspirasi dari entah siapa ? Rakyat ataukah kepuasan batin belaka ? Entahlah karena tidak pernah ada sejarah para pemikir ini mendiskusikan tujuan dari pergerakan yang melumpuhkan separuh hati kota Daeng hari ini.
Meneteslah keringat penuh semangat para pemikir bangsa, memang sudah sewajarnya kita kritis terhadap isu-isu yang tidak pro untuk kesejahteraan rakyat. Tapi hari ini, mungkin kita yang teralalu arogan atau mungkin kita terlalu bangga dengan gelar yang selama ini menjadi mitos dan menghegemoni setiap pergerakan
kita. “TOLAK SBY DI MKS” bukankah sebaiknya “TOLAK MAHASISWA YG BOLOS KULIAH”. Kenapa kita terlalu enggan untuk sedikit realistis dengan keadaan. Apa salahnya jika Pemimpin bangsa mengunjungi kita ? Bukan kah benar/salah masih sebatas konsep dan sampai sekarang terlalu subjektif ?
Idealisme bukan di jalan kawan, idealisme ada di Meja dan bangku. Idealisme bukan di otot tapi di otak. Idealisme bukan karena dia salah, tapi bagaimana supaya dia benar ! Idealisme bukan menolak Tetapi bagaimana agar ikhlas untuk tidak menolak. Bukankah yang boleh ditolak adalah kemunafikan ? Sedang kemunafikan masih teramat dekat dengan kening kita. Pemikir itu adalah penindak yang cerdas kawan, pemikir itu lebih memilih cara yang efektif dibanding eksistensi.
Ada yang menitip diabsenkan, ada yang memang bangga tidak mengikuti kuliah karena katanya Mahasiswa tempatnya di Jalan dan medan. Apa yang paling dekat dengan anarki ? jelas di jalan. Kita memang berpikir kawan, kita memang benar di antara pilihan pilihan yang keliru.
Memang benar, bahwasannya mereka telah banyak merampas hak kita, merampas hak keluarga kita. Tidak salah jika kita marah dan menghukum mereka. Tidak salah, saya mungkin akan menjadi orang yang berdiri di garis terdepan, menolak mereka untuk menginjakkan kaki di sini. Sosok pemimpin yang ideal memang relatif, tapi untuk yang satu ini kita sepakat dan SBY memang Gagal di semua aspek.
Tapi kita ini pemikir kawan, menjadikan kesempatan yang baik ini untuk berhadapan dan bertanya langsung sebab-musabab jauhnya kesejahteraan dari bangsa kita. Alangkah baiknya  jika kita undang Bapak kita dan jangan ditolak. Karena tentu Dia punya alasan dan ALASAN yang penting untuk kita pahami. Kita mesti memahami mengenai konsep. Karena pada dasarnya semua adalah Benar. Benar itu bukan di teori, benar itu bukan hanya jelas pada definisinya. Benar itu adalah praktek.
WaAlllahu a’lam
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kita dalam Kata

BTemplates.com

Powered by Blogger.

Berita Harian

Pages - Menu

Popular Posts

Popular Posts