Bismillahirrahmaanirrahiim
Siang tadi tepatnya pukul 13.00, kendaraan lalu lalang kemudian
terdiam tepat di bawah jembatan raksasa. Jembatan yang pada masa itu
banyak membuat air mata menetes. Jembatan yang penuh maksiat ketika
malam. Malam yang katanya “menjadi penghubung antara dosa dan berkah”.
Masih tentang sekitar jembatan, puluhan bahkan ratusan pemikir yang
cinta akan kedamaian turun ke jalan, dengan gagah berani menyuarakan
aspirasi dari entah siapa ? Rakyat ataukah kepuasan batin belaka ?
Entahlah karena tidak pernah ada sejarah para pemikir ini mendiskusikan
tujuan dari pergerakan yang melumpuhkan separuh hati kota Daeng hari
ini.
Meneteslah keringat penuh semangat para pemikir bangsa, memang sudah
sewajarnya kita kritis terhadap isu-isu yang tidak pro untuk
kesejahteraan rakyat. Tapi hari ini, mungkin kita yang teralalu arogan
atau mungkin kita terlalu bangga dengan gelar yang selama ini menjadi
mitos dan menghegemoni setiap pergerakan
kita. “TOLAK SBY DI MKS”
bukankah sebaiknya “TOLAK MAHASISWA YG BOLOS KULIAH”. Kenapa kita
terlalu enggan untuk sedikit realistis dengan keadaan. Apa salahnya jika
Pemimpin bangsa mengunjungi kita ? Bukan kah benar/salah masih sebatas
konsep dan sampai sekarang terlalu subjektif ?
Idealisme bukan di jalan kawan, idealisme ada di Meja dan bangku.
Idealisme bukan di otot tapi di otak. Idealisme bukan karena dia salah,
tapi bagaimana supaya dia benar ! Idealisme bukan menolak Tetapi
bagaimana agar ikhlas untuk tidak menolak. Bukankah yang boleh ditolak
adalah kemunafikan ? Sedang kemunafikan masih teramat dekat dengan
kening kita. Pemikir itu adalah penindak yang cerdas kawan, pemikir itu
lebih memilih cara yang efektif dibanding eksistensi.
Ada yang menitip diabsenkan, ada yang memang bangga tidak mengikuti
kuliah karena katanya Mahasiswa tempatnya di Jalan dan medan. Apa yang
paling dekat dengan anarki ? jelas di jalan. Kita memang berpikir kawan,
kita memang benar di antara pilihan pilihan yang keliru.
Memang benar, bahwasannya mereka telah banyak merampas hak kita,
merampas hak keluarga kita. Tidak salah jika kita marah dan menghukum
mereka. Tidak salah, saya mungkin akan menjadi orang yang berdiri di
garis terdepan, menolak mereka untuk menginjakkan kaki di sini. Sosok
pemimpin yang ideal memang relatif, tapi untuk yang satu ini kita
sepakat dan SBY memang Gagal di semua aspek.
Tapi kita ini pemikir kawan, menjadikan kesempatan yang baik ini
untuk berhadapan dan bertanya langsung sebab-musabab jauhnya
kesejahteraan dari bangsa kita. Alangkah baiknya jika kita undang Bapak
kita dan jangan ditolak. Karena tentu Dia punya alasan dan ALASAN yang
penting untuk kita pahami. Kita mesti memahami mengenai konsep. Karena
pada dasarnya semua adalah Benar. Benar itu bukan di teori, benar itu
bukan hanya jelas pada definisinya. Benar itu adalah praktek.
WaAlllahu a’lam
0 komentar:
Post a Comment